Senin, 21 November 2016

Kisah Pencuri Impian

Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding dengan rekan-2nya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan. Dia berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini, suatu saat apabila dewasa nanti dia ingin menjadi penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan orang yang memberi tepuk tangan kepadanya.

Suatu hari, dikotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat, dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia. Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya.

Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari. Si gadis muda bertanya “Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah anda punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari ? Saya ingin tahu pendapat anda tentang tarian saya”. “Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit”, jawab sang pakar.

Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar. Si gadis langsung berlari keluar. Pulang kerumah, dia langsung menangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan sang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalam gudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan lagi menari.

Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kini telah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudut jalan.

Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yang diadakan di kota itu. Nampak sang pakar berada di antara para menari muda di belakang panggung. Sang pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu muda dengan tiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut. Seusai acara, ibu ini membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar. Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dan kemudian mereka bercerita secara akrab.

Si ibu bertanya “, Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan anda bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun ?”.

“Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-2 berhenti dari dunia tari”, jawab sang pakar.
Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar. “Ini tidak adil”, seru si ibu muda. “Sikap anda telah mencuri semua impian saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa anda meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya memuji saya, dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelas dunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko !”.

Si pakar menjawab lagi dengan tenang “Tidak .. Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. ANDA TIDAK HARUS MINUM ANGGUR SATU BAREL UNTUK MEMBUKTIKAN ANGGUR ITU ENAK. Demikian juga saya. Saya tidak harus menonton anda 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus. Malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukkan. Maka sejenak saya tinggalkan anda, untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi anda sudah pergi ketika saya keluar. Dan satu hal yang perlu anda camkan, bahwa ANDA MESTINYA FOKUS PADA IMPIAN ANDA, BUKAN PADA UCAPAN ATAU TINDAKAN SAYA.

Lalu pujian ? Kamu mengharapkan pujian ? Ah, waktu itu kamu sedang bertumbuh. PUJIAN ITU SEPERTI PEDANG BERMATA DUA. ADA KALANYA MEMOTIVASIMU, BISA PULA MELEMAHKANMU. Dan faktanya saya melihat bahwa sebagian besar PUJIAN YANG DIBERIKAN PADA SAAT SESEORANG SEDANG BERTUMBUH, HANYA AKAN MEMBUAT DIRINYA PUAS DAN PERTUMBUHANNYA BERHENTI. SAYA JUSTRU LEBIH SUKA MENGACUHKANMU, AGAR HAL ITU BISA MELECUTMU BERTUMBUH LEBIH CEPAT LAGI. Lagipula, pujian itu sepantasnya datang dari keinginan saya sendiri. TIDAK PANTAS ANDA MEMINTA PUJIAN DARI ORANG LAIN”.

“Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini anda sudah menjadi penari kelas dunia. MUNGKIN ANDA SAKIT HATI PADA WAKTU ITU, TAPI SAKIT HATI ANDA AKAN CEPAT HILANG BEGITU ANDA BERLATIH KEMBALI. TAPI SAKIT HATI KARENA PENYESALAN ANDA HARI INI TIDAK AKAN PERNAH BISA HILANG SELAMA-LAMANYA …”

Semoga Bermanfaat

www.pendidikankarakter.com

Rabu, 16 November 2016

Ibu Sempurna

Fresh from the oven

Wahai Ibu, Berdamailah dengan Dirimu

By. Yoanita Astrid
(Bukan asli tulisan saya. Copas dari FB, buat simpenan. Saya syukaaaaakkk banget sama gaya nulisnya. Gue banget gitu rasanya)

Kadang saya suka baper setelah membaca-baca tulisan, artikel, buku atau status-status fb mama-mama muda idola saya yang berbau-bau parenting dan yang sebangsanya. Soalnya dari situ saya sedikit banyak memperoleh gambaran tentang sesok ibu ideal, ibu yang keren, ibu yang profesional, ibu yang baik...

Ibu yang baik adalah ibu yang punya visi dan misi yang jelas untuk anak-anaknya. Rencana-rencana yang terukur, target-target yang harus dicapai, strategi mencapainya dan semacamnya.

Ibu yang baik adalah ibu yang jarang marah atau berteriak-teriak pada anaknya. Lemah lembut dan sangat terjaga pitch controlnya.

Ibu yang baik adalah ibu yang bisa dengan sangat sabar menghadapi tantrum anak-anaknya, membujuknya dengan halus, tanpa suara harus beralih ke falsetto apalagi pakai acara ancam-mengancam.

Ibu yang baik adalah ibu yang selalu memasakkan fresh food untuk anak-anaknya, bukan nugget, sosis atau mie instan. Apalagi sampai kelupaan masak.

Ibu yang baik adalah ibu yang bisa mengkondisikan anak selalu melakukan hal positif, meminimalkan penggunaan tv juga gadget, mengajari ngaji, hafalan dan doa-doa.

Ibu yang baik adalah ibu yang jarang mengeluh "Hayati lelah bang..." karena ibu memang bukan Hayati.

Ibu yang baik adalah ibu yang menerima utuh anak-anaknya serta tak pernah membandingkannya dengan yang lain.

Ibu yang baik adalah nanananana... (boleh diisi)

Duuh langsung merasa minder waghder tingkat Asia. Mendadak galau gundah gulana. Menengok ke diri-sendiri, tak ada yang masuk kriteria. Jadi aku ini ibu yang baik bukan ya?

Jauh panggang dari api.

Terlalu easy going. Santai kaya di pantai. Tak ada target yang jelas. Go with the flow semboyan andalannya.
Hampir setiap pagi berteriak-teriak sekedar mengingatkan "buruan mandinya, sarapan, berangkat sekolah, telat lagi kita."
Stok nugget, sosis, mie instan selalu siap sedia.
Anak tantrum ikutan tantrum juga.
Kadang tak sempat update hafalan doa-doa. Saat sibuk melanda, gadget dan tv jadi senjata utama, yang penting jangan ganggu mama!
Keluh kesah tak pernah lupa.

Aah... ibu macam apalah saya. Dengan kualitas alakadarnya ingin anak-anaknya bisa jadi luarbiasa.

Kerisauan ini bisa jadi muncul karena adanya gap yang terlalu lebar antara idealisme dengan realitas. Idealnya begitu, kenyataannya begini. Cita-cita pengen jadi seperti rani peri yang baik hati dan cantik sekali, apa daya kenyataannya malah jadi bhayankar peri yang sirik hati lagi sakit gigi (ini film kan udah gak tayang, cari contoh lain napa, noh yang lagi tayang tuh Maria Mercedes)

Ada dua cara untuk memperkecil gap itu, satu naikkan usaha agar realitas mendekati idealisme atau kedua, turunkanlah standar idealisme. Tentu saya cari yang mudah dong, yaitu turunkan standar idealisme. Caranya adalah dengan mencari definisi lain dari frase "ibu yang baik." Oleh karena itu saya ngarang-ngarang sendiri definisi "ibu yang baik" versi saya.
Ibu yang baik menurut saya bukanlah ibu yang nananana di atas tadi.
Ibu yang baik adalah ibu yang bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Yeeeeiii prok ...prok...prok... Keren ya....... ngawurnya? Haha

Anggap saja semua setuju dengan definisi ini. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara untuk bisa berdamai dengan diri sendiri?
Oke, berikut saya tuliskan beberapa poin-poin agar bisa berdamai dengan diri sendiri, yang tentu saja masih lanjutan mengarang-ngarang tadi

1. Menerima dan memaafkan diri-sendiri

Bersama lahirnya seorang anak, saat itu pula lahirlah sesosok ibu. Dan sejak detik itu, si ibu harus mulai belajar menerima bahwa hidupnya sudah bukan hanya tentang dirinya. Seperti halnya bayi yang harus berjuang dan beradaptasi dengan dunia barunya, pun demikian dengan sang ibu yang harus belajar tentang hal-hal baru yang jauh sangat berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Terimalah dirimu utuh apa adanya. Bahwa kau tak sempurna. Kau tak selalu bisa tersenyum, kadang kau butuh menangis, kadang kau ingin marah saat banyak hal terjadi di luar kehendakmu. Katakan pada dirimu, Ya, aku siap menjadi ibu dengan segala manis pahit konsekuensinya. Aku menerima hari-hari kurang tidurku, berkurangnya waktu untukku sendiri, aku menerima perubahan bentuk badanku...
Mungkin aku tak langsung bisa jadi ibu jagoan, tapi aku berjanji akan terus belajar untuk memperbaiki diri. Aku memaafkan diriku untuk segala tangisan, kemarahan, keluhan, dan emosi-emosi lain yang kadang muncul begitu saja tanpa bisa kukendalikan...
(Berasa jadi Mario Teguh, udah zupeeerr belom mam..? Haha)

2. Jangan ngoyo

Tak mengapa saat kita merasa begitu lelah dan malas dengan tumpukan piring atau cucian kotor, lantai yang selalu lengket oleh sisa makanan seberapa kalipun kita telah menge-pel-nya, atau serakan mainan di sepanjang jalur perjalan kamar-dapur-ruang serbaguna-dapur-kamar.
Terimalah, nikmati dan rasakan... jangan selalu memaksakan diri untuk segera membereskannya.
Ada kalanya kita hanya perlu hening sejenak di antara hiruk pikuk kesemrawutan yang terjadi di dalam rumah (bahasa kerennya "luweh" atau "sebodo teuing" ). Tarik nafas panjaang... hembuskaann... daaan tinggal tidur. Siapa tahu saat kita tidur akan datang seekor keong mas jelmaan putri raja yang akan membereskan segala keberantakan itu.
Saat anda bangun dan menemukan kondisi rumah yang masih sama bentuknya, berarti keong mas itu hanya hadir dalam mimpi anda. Bersyukurlah karena anda masih berada di dunia nyata.

3. Ubah cara pandang

Cobalah sekali-kali katakan di depan gunungan baju yang hendak disetrika "ya ampun, ternyata keluargaku punya sangat banyak baju untuk kami pakai."
Di depan tumpukan piring kotor katakanlah "Alhamdulillah ya... hari ini perutku dan anak-anak kenyang, cukup makan, cukup minum..."
Di antara serpihan pecahan kapal katakanlah "Ini adalah salah satu bukti bahwa aku cukup berhasil mengurus anak-anakku. Ya, mereka sehat dan aktif,  karena hanya balita yang sehat yang sanggup memporakporandakan isi rumah".

Lalu tersenyumlah dan mulailah selesaikan pekerjaan itu satu per satu.

Huuuu... kirain setelah diomongin begitu, segala piring, segunung baju dan segerobak mainan itu bakal dengan sendirinya berada manis dan rapi di tempatnya masing-masing. Haha... Kecuali anda punya Jinny atau Om jin, dijamin, sampai lebaran kuda, gak akan pernah terjadi hal seperti itu.
Tapi paling tidak perasaan anda akan sedikit membaik dalam menyikapinya.

4. Jangan bandingkan diri sendiri dengan orang lain
"Ibu itu wow banget deh, bisa handle 9 anak tanpa ART, dan kelihatan bahagia. Gue, anak baru tiga udah keteteran manyun aja."
"Ibu yang ini juga, kerja padahal, anaknya 5 tahun udah hafal juz amma. Lah anak gue, An-Nas sama Al-Falaq aja belom lancar, padahal ibunya di rumah terus."
Terus galau lagi, merasa tak berguna, payah dan gagal jadi ibu yang baik.
Daripada seperti itu, lebih baik stop membanding-bandingkan diri-sendiri dengan orang lain. Setiap ibu unik dengan caranya masing-masing. Kalau mau membandingkan ya bandingkanlah kita saat ini dengan kita waktu dulu sebelum jadi ibu. Kita yang dulu egois, manja, boros, keras kepala, ngeselin dll bisa berubah drastis setelah jadi ibu. Yakin deh bakal takjub sendiri.

5. Apresiasi diri sendiri

Ibu, sungguh engkau berharga. Jangan menyia-nyiakan apalagi sampai mendzolimi dirimu sendiri.
Hargailah dirimu dengan memberikan makanan yang cukup dan bergizi untuk tubuhmu. Berikanlah nutrisi yang sehat untuk kelancaran fikirmu. Berikan daster yang layak untuk menunjang penampilanmu. Rawatlah kecantikan fisik pun hatimu. Luangkan sedikit waktu untuk merelaksasikan jiwa dan ragamu.
Karena engkau pantas mendapatkannya.

6. Temukan kebahagiaan-kebahagiaan kecil di sekitarmu

Katanya bahagia itu sederhana...
Ngemil es krim bareng anak-anak sambil tertawa-tawa, itu bahagia. Lupakan sejenak timbangan, berat badan dan diet-dietan. Ikut bermain lego atau masak-masakan sama anak-anak, itu bahagia.
Berbagi semangkuk kolak kepada tetangga depan rumah, itu bahagia.
Melebihkan sedikit upah untuk mbah pijet yang dengan terkantuk-kantuk 2.5 jam memijat tubuhmu, itu bahagia

Banyaaak sekali hal-hal yang statusnya "biasa aja" ternyata bisa memberikan efek rasa yang warbyasa.

7. Jangan fokus pada kelemahan.

Mungkin kau lemah dalam masak-memasak tapi kau unggul dalam rajut-merajut. Mungkin kau kurang pandai dalam membuat kerajianan-kerajinan tangan, tapi kau lihai dalam berjualan online. Mungkin kau tak lihai menjalankan usaha-usaha mencari tambahan penghasilan, tapi kau lebih dalam hal menyemangati orang lain.
Ya gitu deh, jangan berkubang pada kelemahanmu, kecewa berlarut-larut terhadap diri sendiri, "Duh apa banget sih gue, jadi orang kok gak ada gunanya buat orang lain." Sesedikit apapun kau merasa berguna buat orang lain,  engkau tetaplah juara di mata anak-anakmu.

8. Bersyukur.

Thank God I'm a mom. Apalah mama saat kalian tak ada Nak...
Segalak apapun engkau, tetaplah engkau yang dicari pertama kali saat mereka bangun dari tidurnya.
Sembleber apapun telor ceplok yang kau buat, mereka akan tetap memakannya disertai pujian "hmmm... masakan mama enak..."
Sesibuk apapun engkau, mereka akan selalu bersabar menunggumu luang untuk membacakan dongeng pengantar tidur mereka.

Renungkanlah itu dan berbahagialah dengan penerimaan tulus tanpa syarat oleh anak-anakmu. Peluk mereka... dan berterimakasihlah kepada-Nya atas limpahan nikmat yang bertubi-tubi yang kadang tak kau sadari.

Sebagai penutup, quote dari Jill Churchill ini manis banget meski agak gak nyambung... gapapa ya, udah pening ini saya mikirnya.
"There's no way to be a perfect mother and a million ways to be a better one."
Selamat berproses menjadi ibu yang lebih baik ya mam, bukan menjadi ibu sempurna. Berdamailah dengan dirimu dan jadilah ibu bahagia.

Selasa, 15 November 2016

Mr. Sun Kepagian

Assalamualaykum..wr wb..
Posting blog pertama nih. Nyoba-nyoba aja. Barusan donlot aplikasi blogger di plestor. Namanya pertama, pasti sebelum yang kedua.. kalau sampai yang kedua lebih dulu ada dari yang pertama,maka bisa dipastikan bahwa yang kedua itu menjadi yang pertama. That's it. *bingung gak gaess?!

Nha, tiba masanya saya cerita tentang Mr. Sun. Sebulan terakhir, datangnya kepagian terus. Subuh saya jadi kepagian juga. Tapi tetep ndak berlaku untuk jam keluar rumah saya,jam ngantor saya. Walau Mr. Sun kepagian, aku tetep berangkat kerja kesiangan, hiks hiks..horreeeh..

Dan aku mulai berpikir dewasa, seiring bertambahnya usiaku. Bahwa, sesungguhnya kemerdekaan itu eh, sesungguhnya..kutak reelaaa *malah nyanyi. Serius aaaaa.. iya, sesungguhnya semua itu seluruhnya.. helloooo...
Iyaaa..iyaa.. sesungguhnya setiap manusia punya jam bilogis dalam alam bawah sadarnya. Jam itu akan membentuk sebuah kebiasaan. Kebiasaan itulah yang akan menentukan jati diri kita selanjutnya. Kita?! Iyaa,sowwiii kamu aja... kamu..iya kamu..
Pertama-tama marilah kita panjatkan *eits.. pertama-tama kita lah yg membentuk kebiasaan kita. Tapi lambat laun,kebiasaanlah yang akhirnya membentuk dan memberi label siapa kita.
Kecil tapi besar..

Trus hubungannya sama Mr. Sun kepagian,apaan dong?! Iyaa..sabar aku jelasin dulu. Setelah aku amati, ternyata jam biologisku sudah terpola bahwa aku keluar rumah jam 06.45. Jam berapapun bangunku, apapun yg kukerjakan, aku tetep kluar rumahnya jam segitu.paraaah. aku pasti terlambat ngantor setiap hari.
Jadi semacam hobi ya.

Dan itu berlangsung selama bertahun-tahun. Mau masuk jam 07.30 atau jam 07.00. Tetep sama, aku selalu terlambat. PNS jenis apa aku ini?! Setelah tak pikir-pikir, kebiasaan itu hanya bisa berubah jika mindset kita juga berubah. Layaknya ksatria baja hitam, yang harus berubah dulu kalau pengen perang ngalahin musuhnya. Kita tahu,kita sadar bahwa merubah mindset itu tak selebar daun kelor, eh tak semudah membalik tempe gosong. Butuh perjuangan, pengorbanan, air mata, dan darah. Ngeri ya..

Jadi inti tulisan saya ini, adalah salah satu bentuk perjuangan saya untuk merubah mindset. Setidaknya kalau aku gak inget sama komitmen aku sendiri, berarti aku lupa. Ah sudahlaaah..

Dikit dulu aja nulisnya, kan critanya lagi test flight aja nih. Sekian dulu tulisan dari saya, tulisan yang gak peduli EYD, tapi tetep pakai spasi.

Makasih yang sudah merelakan waktunya buat baca tulisan yg gak jelas ini. Semoga sehat selalu..aamiin..

Wassalamualaykum wr wb